Buah Pandemi, Usaha Online Merebak

Buah Pandemi, Usaha Online Merebak

 Buah Pandemi, Usaha Online Merebak

jualan

Ekonomi yang semakin sulit ternyata membuat orang menjadi lebih banyak berpikir.

Orang-orang yang dulunya berada di zona nyaman terseret arus keluar memikirkan sesuatu untuk menyambung hidup. Orang-orang menjadi semakin mandiri, tidak bergantung pada satu hal.

Hari-hari ini jika kita mencoba mengamati sekitar, fenomena jualan online banyak dilakukan oleh warga kita. Bukan hanya dilakukan oleh kaum muda, yang sudah berumur pun juga melakukannya. Hal itu terjadi karena banyaknya pengguna internet saat pandemi, mendorong keinginan untuk memanfaatkan situasi.

Dengan situasi pandemi saat ini, membuat orang mempunyai banyak waktu untuk berselancar di dunia maya. Penelitian yang dilakukan dr. Kristiana Siste Kurniasanti, SpKJ, dokter spesialis kedokteran jiwa Siloam Hospital menyebutkan angka penggunaan internet pada remaja meningkat hingga 19,3% dengan rata-rata durasi bermain internet selama 11,6 jam per hari. Sementara penggunaan internet pada orang dewasa meningkat 14% selama pandemi, dengan durasi penggunaan internet selama 10 jam per hari.

Semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk berselancar di dunia maya, akan semakin banyak pula informasi yang didapat. Oleh karena itu, kesempatan ini harusnya dimanfaatkan seluas-luasnya bagi seorang pengusaha, khususnya bagi pengusaha yang mengincar internet marketing.

Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Teten Masduki, per April 2020 lalu telah terjadi lonjakan akun baru di e-commerce yang menjual berbagai produk. Bahkan lonjakannya mencapai 250%, data tersebut diperoleh dari Tokopedia, salah satu e-commerce di Indonesia. Itu adalah salah satu contoh kecil dalam satu platform yaitu Tokopedia, sedangkan di Indonesia ada banyak platform e-commerce sebut saja Bukalapak, Shope, Blibli, dan seterusnya. Belum lagi ada orang-orang yang hanya berjualan dari akun sosial media dan website pribadi mereka.

Bagi anak muda yang aktif berselancar di sosial media seperti Instagram dan tiktok, akan sangat efektif jika membuat konten-konten promosi untuk produk jualan yang menarget pasar anak muda. Sementara itu, untuk orang dewasa berumur 30 hingga 50 tahun mungkin bisa berjualan melalui whatsapp karena sudah familier disemua kalangan, biasanya menggunakan fitur whatsapp business atau bisa hanya dengan melalui status whatsapp hinga terlihat seperti titik-titik karena terlalu banyak postingan yang dibuat.

Riset mengatakan bahwa orang Indonesia masih cenderung melakukan transaksi melalui chat. Contoh saja ketika seseorang akan membeli suatu produk, orang itu akan melihat produk, dan membaca deskripsi. Langkah selanjutnya sudah dipastikan adalah melakukan kontak dengan penjual, misalnya menanyakan tentang deskripsi produk dan ketersediaan produk. Hal itu bertujuan untuk memuaskan dan meyakinkan pembeli untuk membeli produk.

Ada juga pepatah yang terkenal dalam dunia internet marketing, yaitu “The money is in the list”. Artinya, list kontak dalam WA dan email merupakan target yang efektif karena Conversion Rate (CR) nya tinggi. CR adalah jumlah orang yang melihat promosi diibanding dengan jumlah yang beli. Banyak yang membuktikan kekuatan list database Whatsapp lebih powerfull dibanding followers organik medsos.

Tapi terlepas dari itu semua, bermunculannya banyak orang yang menjadi pengusaha merupakan tanda positif bagi perekonomian masyarakat kita. Roda perekonomian akan terus bergerak meskipun keadaan sulit melanda, orang-orang menjadi lebih mandiri mencari penghidupan, banyak ide-ide kreatif terus bermunculan bahkan ada kemungkinan untuk penyerapan tenaga kerja.