“Aku benar kan ?” kata perawat duda sambil berlalu. Aku tidak sadar sudah meneteskan air mata.
Sungguh ini sangat menyentuh untukku. Aku teringat dengan seseorang yang akan ku temui mala mini. Dia kekasihku. Sudah hampir tiga tahun kami bersama. Hubungan jarak jauh dua tahun, dan baru bisa intens bertemu satu tahun belakangan. Dan itu adalah satu tahun yang sangat menyakitkan. Jika orang-orang kebanyakan akan bahagia setelah lama berhubungan jarak jauh dan akhirnya bertemu, kami tidak mengalami hal yang serupa. Justru bertahan segalanya lebih sensitive setelah kami bertemu. Keluarga, latar belakang budaya kami dan lainnya sangat bertolak belakang. Tiga tahun sebelumnya kami sama-sama sekolah berasrama di pulau yang berbeda sehingga sulit bertemu. Tapi beginilah akhirnya, kami benar-benar tidak bisa bersama. Kepentingan keluarga selalu lebih utama dibandingkan kepentingan mana pun. Dan jujur saja, itu adalah waktu yang cukup lama untuk bersama dengan orang yang memiliki kekurangan mental. Kekasihku sangat kuat, tampan dan gagah seperti pria lain. Tapi dia juga punya sisi gelap, yang hampir sama sepertiku.Hari ini, ketika aku kembali dari mengantar pak Je ke
kamar tidurnya.
Adegan sederhana itu menngingatkanku akan satu hal. Sesakit apapun aku nantinya,
Tuhan selalu menghadirkan orang lain untuk menopangku. Ya, akan selalu ada
orang baik yang bersedia disampingku saat aku tak sanggup dengan kerasnya dunia
meskipun kehadirannya hanya dapat dirasakan. Seperti hari pak Je yang masih
setia duduk di lorong itu, meskipun Bu Lusi sudah pergi sangat jauh. Terima
kasih Pak Je, Bu Lusi.
Tambahkan Komentar